Friday, October 1, 2010

Starting motor induksi – Bintang Segitiga

Friday, October 1, 2010 |
Starting motor asinkron dijumpai arus yang sangat besar (5 – 6 kali arus nominal) pada waktu start (n = 0). Akan tetapi khususnya pada motor-motor asinkron dengan rotor sangkar, karena konstruksi rotor yang kekar itu, arus sebesar itu takkan mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada motor bila motor tersebut dihubungkabn langsung dengan jala-jala. Start langsung ini dalam praktek memang banyak dilakukan. Dalam hal ini motor dihubungkan dengan jala-jala tiga phasa dengan pemutus biasa atau dengan kontaktor-kontaktor. Bila dipakai kontaktor maka perlu pada tiap kontaktor maka perlu pada tiap phasa diberi sikring sebagai pengaman arus lebih. Yang membatasi penggunaan start secara langsung ini adalah kapasitas jala-jala yang memberikan daya listrik kepada motor tersebut. Arus pada waktu start tersebut bila kapasitas jala-jala tidak begitu besar akan mengakibatkan turunnya tegangan jala-jala sesaat, hal mana akan dapat dilihat dari mengedipnya lampu-lampu penerangan yang dihubungkan pada jala-jala tersebut. Karena itu pada umumnya oleh perusahaan listrik setempat ditetapkan daya motor asinkron maksimum yang diperbolehkan untuk distart secara langsung pada jala-jala tersebut, misalnya 5 kW. Pada jala-jala yang lebih kuat dapat ditetapkan daya motor yang lebih besar dari pada itu. Dalam hal start langsung tidak diperkenankan, maka jalan satu-satuya untuk mengurangi arus start adalah dengan jalan memberikan tegangan yang dikurangi pada waktu start.
Jalan yang paling sederhana untuk menurunkan tegangan tegangan pada jepitan-jepitan motor ialah dengan memasang suatu impedansi Z secara seri dengan motor pada waktu start. Seperti pada gambar dibawah ini :
start motor dengan impedansi
start motor dengan impedansi
Dalam hal ini Z dapat dipilih suatu reaktansi atau suatu tahanan R, yang nilainya dipilih demikian rupa, sehingga arus motor pada waktu start tidak lebih dari + 150 % …. 200 % arus nominal motor. Pada waktu start hanya saklar c1 yang menutup, sedangkan c2 tetap terbuka setelah motor berangsur-angsur mendekati kecepatan penuhnya, maka c2 pun menutup sehingga menerima tegangan penuh. Adalah juga jelas bahwa tegangan jala-jala untuk keperluan start dapat diberikan dengan pertolongan suatu auto transformator seperti ditunjukan pada gambar dibawah ini :
starting motor dengan autotrafo
starting motor dengan autotrafo
Pada waktu start saklar-saklar yang menutup dahulu adalah c2 dan c3. setelah motor berangsur mencapai kecepatan penuhnya, c2 dan c3 membuka dan sebagai gantinya c1 menutup. Dengan demikian motor langsung dihubungkan dengan jala-jala dan bersamaan dengan itu auto trafo dilepaskan dari jala-jala. Penggunaan autotrafo untuk keperluan start mempunyai keberatan dari segi mahalnya auto trafo bagi kepeluan start tersebut. Oleh karena itu penggunaannya dibatasi motor-motor yang besar, dimana ongkos bagi keperluan pemakaian autotrafo tersebut dapat dipertanggung jawabkan.
Untuk motor-motor yang tidak terlalu besar lebih murah bila dipergunakan apa yang disebut saklar Y-\Delta . Saklar Y-\Delta adalah suatu saklar putar dengan tiga buah posisi seperti gambar dibawah ini :
starting motor Y-D
starting motor Y-D
Ketiga buah posisi tersebut adalah posisi 0 ( motor sama sekali terlepas dari sumber daya), posisi Y ( motor terhubung dengan sumber daya dalam Y ) serta posisi \Delta ( motor terhubung ke sumber daya dalam \Delta ). Mengingat hal yang tersebut terakhir ini, hanya motor – motor dengan kumparan stator dalam \Delta yang dapat mempergunakan saklar Y-\Delta . Ini.
Arus start yang diambil dari sumber listrik dengan mempergunakan saklar Y-\Delta ini dapat memandang hal – hal sebagai berikut : seandainya pada waktu start motor dihubungkan dalam \Delta maka arus yang diambil jala-jala I\Delta . dalam pada itu kumparan motor mendapat tegangan U, sedangkan arus yang mengalir melaluinya adalah If = I\Delta /\sqrt{3}. akan tetapi kalau pada waktu start motor dihubungkan dalam Y, maka tiap kumparan motor hanya mendapat tegangan U/Y3. karenanya arus kumparanpun 1/Y3 kali lebih kecil, jadi sama dengan If/Y3.
Karena rangkaian adalah dalam Y, maka arus jala-jala sama dengan arus kumparan, jadi IY = If/D3. dengan If = IY/\sqrt{3}, maka kita peroleh IY=I\Delta /3. jadi dengan dempergunakan saklar Y-\Delta arus start dapat dikecilkan 3x dari pada seandainya langsung dihubungkan ke sumber listrik. Kerjanya saklar sudah jelas dari gambar. Pada posisi 0, jepitan-jepitan X-Y-Z dan U-V-W dari motor tak dihubungkan satu sama lain maupun jala-jala. Pada posisi Y, jepitan-jepitan U-V-W dihubungkan masing-masing berturut-turut dengan jepitan jala-jala R, S, T. pada posisi \Delta yang terhubung satu sama lain dengan jepitan-jepitan Z-U-R, X-V-S, Y-W-T. Saklar Y-\Delta ini pada umumnya dibuat sedemikian rupa sehingga arah perputarannya hanya mungkin dari 0 ke Y kemudian ke \Delta , dan tidak dapat sebaliknya. Dengan demikian mau tak mau posisi Y dilaui waktu menjalankan motor untuk menghindarkan menghubungkan penghubungan langsung ke \Delta .


Related Posts



0 komentar:

Post a Comment

Blog Archive

 
Copyright © Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik | Powered by Blogger | Template by Blog Go Blog